January 2013

Sunday, January 20, 2013

Kebutaan akan Kronologis


Dia bukan Aries, tapi tabirnya sangat membekas kuat dipredaranku. bagaimana dengan lengkapnya aku tulis semua hal tentangnya dalam bukunya. buku yang tekah menjadi milikku dulu, buku penuh ungkapan dengan deretan foto kikuk ku dulu. Apa kabar Ade? dia yang dulu mengisi sepiku dengan semua kelakar manjanya. Tapi harus kugaris bawahi.. itu semua dulu. sebelum ku sulut api untuk enyahkannya gantikan senyumnya dengan semua penolakan tentangku. 

aku sempat ingin kembali, tapi tidak mungkin rasanya, hidupnya bukan lagi sebagianku. sejak penolakan itu.. rasanya aku bukan satu-satunya lagi terlalu banyak yang datang dan pergi mengetuk pintunya dan selalu berhasil dia bukakan. dia beruntung, nampaknya dia bukan pengingat sejati. tidak seperti aku yang dengan lengkapnya mengingat deretan kenangan tentangnya. haha pantas saja aku selalu berakhir dengan tragis bukan? miris..

entah sejak kapan, mungkin setelah kejadian ulang taunku ke 16 semua berakhir. saat akhirnya aku putuskan menutup semua dan mulai menapaki apa yang menjadi garisku entah mengapa semua terasa berbeda. meski sesekali kupandangi rentetan keluh kesahnya tentang hal-hal yang rasanya asing untukku. Nampaknya semua sudah terlalu jauh. tak bisa lagi kusesuaikan langkahku, ingatanku dengan kisahnya. kami berubah. 

terkadang aku merindukan semua ekspresi wajahnya saat dengan sengaja ku rusak gaya rambut yang selalu dia bangga-banggakan. kamu begitu lucu..

setelah waktu terus memaksaku untuk terus berlari dengan kesibukanku semua semakin berbeda. kami seperti memiliki dunia masing-masing tak lagi sejelas dahulu hanya bias seperti bayang.

aku merelakannya dengan yang lain, toh hidupnya bukan karena keberadaanku. Dulu saja sebelum aku ada dia sangat teramat baik-baik saja. Sama seperti sekarang, saat aku akan menghilang. Toh dia sudah memiliki yang jauh lebih baik dariku. hingga mendepakku dalam kesendirianpun saja dia mampu. bukan itu poinnya, poinnya adalah sejak dulu aku selalu memerhatikannya. karena dia pernah menjadi yang terpenting.

hari itu semua terasa berjalan semestinya. aku tetap menapak dan sistemku berjalan dengan baik. hingga bulan menepuk pundakku dan nada nyaring mengacaukan koordinasiku. dia mengucap kata maaf. maaf untuk apa? aku mengkerutkan kening kebingungan. tapi setelah itu.. tak kudapati lagi peredarannya. nampaknya semua diputuskannya. entah karena apa. aku kembali nanar dan merasa sesuatu tak berjalan lagi semestinya. pilu..

semua kelakarnya sama seperti apa yang terjadi awal tahun lalu.. atau ini ritualnya setiap tahun? tahukah betapa aku tak bisa mengatur rotasi duniaku? di rasakan semua salahku.. tapi bagian mana? karena sebelum semua terjadi, kami terasa baik-baik saja.

aku termenung.. mengapa lagi-lagi aku harus menggapai angin yang tak pernah kuketahui waktu yang tepat untuk melihat keberadaannya. mengapa rasanya lebih sulit dari menjelaskan mengapa 1 lebih besar dari 0. mengapa dia kembali membuatku terperosok dalam masa silam. masa dimana semua terasa sempurna. masa dimana aku selalu tertawa karenanya. masa yang tidak kusadari kurindukan keberadaannya.

masa dimana masih ada dia  yang selalu datang untuk merengek minta diajari kimia? mengapa dia kembali membuatku membias dalam diriku sendiri? dia curang, mengapa hanya dia yang boleh tau alasan semua ini? mengapa aku tidak pernah dapat menggapai kombinasi A-Z darinya. dia membuatku buta akan kronoligis tentang semua yang telah kulewati dan dia arungi.
jawab aku mengapa semua kembali terjadi? tolong dikte aku apa yang telah kuperbuat..

did you know? i'm dying to wanna know about everything that you've done to me. could you please tell me what happened to you? although in a nustell i guess i will hear that. please let me know about what the hell i was doing till make you like this..
I need you

Wednesday, January 2, 2013

Keluh Tak Sampai


Sekarang aku ada diperedaran ibuku, ruang yang selalu menjadi sunyi disaat malam dan begitu ramai saat siang. kini aku ingin berbagi, berbagi tentnag apa yang aku pikir telahku kikis dan nyatanya jauh dari itu, tak pernah sedikitpun terkikis. 

 Entah sayup sayup angin apa yang melintasi pikiranku hari itu. Hari itu memang aku merasa keluar dari kotak kenyamananku. Rasanya semua salah.. Hingga terpejampun aku tak bisa.


 Aku terlelap dan memasuki dimensi absurd paradiso.

Disitu masih teringat jelas dia, dia yang sudah mulai menghilang dari hirup pikuk pikiranku kembali muncul. Dikenakakannya polo-shirt berwarna biru, celana 3/4 dan topi putih. Entah bagaimana tapi dia hanya seorang diri. Tak didampingi...wanita itu. Sontak disitu jantungku berdegup bak roller coaster. Tidak hanya senang rupanya, rindu, sedih, sakit dan luka di dadaku yang kembali menganga. Kenapa harus datang lagi? Disaat aku sudah mulai merelakan. Mengapa?

Dimimpi itu, kami bertubrukan, dia menyapaku..
"Parah kayak gak kenal aja"
"Hm? Enggak kok." Lalu aku melesat pergi menghindarinya. Menuju pintu keluar dengan tatapan sesekali mencuri-curi padanya. Dia tetap dia yang dulu, tetap setampan itu.. Yang membedakan hanyalah siapa yang sekarang ada disisinya dan untuk siapa hatinya.

Apa karena aku pernah membakar kanvasnya dengan amarahku, lalu ku dapati semua abunya mengitariku hingga hari dimana aku menulis entry ini? Abu yang pernah menjadi saksi semua kenangan yang diukir oleh aku dan dia, abu yang membuatku tak pernah bisa berhenti merasakan diriku dan bayang semunya.

Ketika aku kembali pada kesadaranku.. Yang kudapati hatiku perih, mataku nanar. Aku menangis.. Menangisinya yang dulu telah kuhempas begitu kasar, menyesali semua.. Mengapa tak pernah terhenti? Belumkah aku menutup bukumu? atau belumkah hatiku menghentikan desir asa untuk menggapaimu kembali?

Mimpi itu pula yang buat aku berharap bertemu dengannya hari ini.. Aku jelajahi semua sudut, mencari wajah lelaki dengan mata sipit dan pipi begitu tirus berperawakan tinggi ceking dan rambut dengan style yang selalu sama..Masihkah sama? sudah 15 bulan silam.

Nihil.. Ya nihil aku tak dapatinya di ruangku. Ruang yang mencarinya ini. Tapi aku bersyukur akan itu, setidaknya aku takan menjadi saksi bahwa bukan aku lagi yang menjadi alasan dibalik senyumannya, takan melihat hanya wanita itu yang menjadi prioritas dan seseorang yang akan dia jaga seutuhnya..

Memang aku pengecut, aku akui predikat itu. Ya memang harus bagaimana? biarkan saja aku begini, menggantung pada waktu yang tak henti brgulat dengan deret angka yang sama. biarkan aku tenggelam dalam angan yang tak pernah lelah mengarungi lorong tentangnya.

Tak henti sampai disitu, saat kekosongan menyentuhku, aku kembali tersandung oleh batunya, semua catatan-catatan kecil di tahun 2010 tentangnya. aku hanya terlalu sakratis atau semua memang begitu adanya? Bahwa aku ini tak pernah berusaha enyahkan, relakan, hentikan semua pusarannya dalam benakku? Aku lelah.. bolehkah? tolong hentikan semua. bisakah dia tutup sendiri bukunya?

Bahkan setelah dia memiliki yang lain, dia masih saja memiliki sebagian dariku? betapa memilukan bahwa aku, aku masih rela dijajah olehnya.