Eksistensi Hujan dan Semi akan Bumi
(dari salah satu Penghuni Bumi-ku) |
Hari ini aku terbangun dengan senduku, walau matahari sudah menyapaku dengan kehangatannya (seperti biasa). Dibangunku kali ini aku seketika saja termenung.. Apa yang ku mimpikan tadi malam? Mimpi akan suatu kaderisasi jurusanku yang masih fana dalam nyataku, sdangkan kabar teman-temanku? Mereka sudah berhimpunan. Kapan giliranku tiba?
Tapi bukan disitu poin entry-ku
kali ini. Entry-ku kali ini masih
tentang siapa yang kukira akan menetap tapi nyatanya hanya berkunjung. Sudah banyak
isu-isu miring tentangku diluar sana yang katanya tidak bisa mengambil
keputusan dan suka bermain-main. Lalu mengapa aku harus repot-repot menanggapi
mereka, jika mereka saja menolak untuk memahami ada apa dengan kisah silamku. Masih
tentang dia yang silam..yang membuatku takut mengambil keputusan.
Dia yang ku kira akan menetap, akhir-akhir ini menjadi mulai
fana untuk aku deskripsikan. Dia sering lenyap dari peredarannya di bumi-ku
bahkan tanpa pamit terlebih dahulu.. sebut saja dia hujan. Aku sering sekali
termanggu olehnya karena tingkahnya yang tak tertebak, terutama hasratnya untuk
mengguyur bumi-ku, rasanya dia tak peduli akan kekeringan yang bumi-ku alami.
Sering sekali aku menolak kata hati penghuni bumi-ku bahwa mereka berharap
hujan untuk tetap tinggal agar mereka sejahtera, jujur saja aku masih terlalu
enggan untuk berikatan dengan unsur manapun tapi penghuni bumi-ku mulai melemahkanku.
Haha nyatanya satu unsur ini tidak cukup untuk membuat kebahagian ingin bersua
dengan bumi-ku. Hujan menolak aku mentah-mentah (ini pikiranku), bahkan
dikekeringan yang menyengsarakan penghuni bumi-ku dia hilang raib bah ditelan Bima
Sakti. Dia menolak menemui bumi-ku lagi saat penghuni bumi-ku mengelu-elukan
namanya. Jujur saja aku sakit karenanya.. dan itu membuat ozonku mulai
berlubang bukankah dia handal dalam melakukannya? oh mungkin saja salah satu
kandungan hujannya adalah zat asam? Atau dia sijahat Freon? Entahlah kini urusanku adalah mengobati penghuni bumi-ku.
Disela kesendirian mengurusi bumi-ku, ada Sang Semi yang menyerukan
namaku, menyapa dan kurasa dia berniat membantu bumi-ku. Lalu dengan rasa yang
masih saja bermuram durja karena kehilangan, kuizinkan saja semi membantuku
tanpa pikir panjang. Dia datang.. sesekali membuat bumi-ku kembali berwarna,
ada bagian yang bermekaran karenanya tapi ada saja yang masih layu karena
menolak keberadaannya. Semi itu bias menurut para penghuni bumi-ku entah maksud
apa yang tersirat dari kebiasan ini. Tapi yang terpenting bumi-ku sedikt membaik.
Lagi-lagi sebagian penghuni bumi-ku menyerukan hujan yang
rasanya menolak untuk kembali, semakin banyak seruan itu mengusikku semakin
banyak lubang ozon yang lahir ke Bima Sakti ini. Letih sekali aku menunggu,
hingga rasanya aku sempat menyapa satu kedudukan dalam rotasiku untuk menghapus
sejarah tentang hujan di Bumi-ku ini. Tapi bukan berarti aku tak mengizinkannya
berkunjung kembali, aku izinkan tentunya tapi dengan aku yang baru untuknya (khusus untuknya).
Semi selalu berusaha membuat bunga bermekaran di bumi-ku,
membuat para penghuni tertawa renyah kegirangan karenanya, tapi entah kenapa
itu belum cukup untukku. Tak kudapati arti ketulusan dan kesungguhan yang benar
adanya dalam dirinya. Entah mengapa..
Semuanya bias, sebias apa yang aku inginkan sesungguhnya,
meski aku mulai berpikir untuk merelakan hujan lenyap dengan sempurnanya ada
saja penghuni bumi-ku yang ingin meyakinkanku bahwa hujan akan kembali
menyuburkan bumi-ku. Aku lelah.. lelah menanti hujan yang terlalu takut untuk
mengambil langkah. Mengambil langkah untuk menetap atau pergi merantau ke
galaksi lain. Jika aku, semi, dan hujan adalah manusia-manusia penghuni bumi. Aku
ingin sekali berujar seperti ini:
“ Kenapa selalu ragu
untuk melangkah hujan? Kenapa selalu senang mengacuhkanku, aku tidak suka
diperlakukan seperti itu dan aku tidak suka terus menantimu yang terlalu bias
untuk dinanti. Aku letih menanti seseorang yang enggan melangkah. Aku kali ini
akan mengambil persimpangan itu hujan dan jangan ikuti aku, pilihlah jalanmu
sendiri toh jika kita ditakdirkan untuk saling mempertemukan satu sama lain,
jalan aku dan kamu akan saling bersimpangan walau itu hanya untuk menyapa satu
sama lain atu mengikat janji untuk bertemu lagi.”
Untuk Semi yang baik
hati:
“ Hai, kembali lagi
rupanya? Apakabar? Masih sama seperti dulu bukan? Selalu baik hati menemani
semua bualan tak beresensi dari gadis Geodet ini tapi terimakasih untuk selalu
menenangkanku saat tak ada lagi pundak yang bisa kupinjam. Aku dan kamu selalu
semu adanya bias karena semua menolak untuk melangkah lebih. Iya kamu, manusia
peragu yang entah sampai kapan akan selalu meragu dalam diam. Akan kau bawa
kemana alur cerita ini? Apakah masih berkenan untuk aku bantu mengarahkannya?
Hm, terimakasih banyak untuk kamu dariku”
P.S: I wish you read
my entry, especially this one. Yes you..I wish you find my blog and finally you
know what was I feeling when created this entry. Thanks