Detik ini, rintik hujan
menemaniku dengan tekunnya. Tak sepatah katapun ia mengeluhkan keheningan yang
aku ciptakan dengan megahnya. Setidaknya hanya aku yang sunyi.. masih ada
lantunan angin yang memberi kehangatan saat Bulan terdiam termanggu memerhatikan
aku yang meredup. Memangnya aku ini dia? Bisa dengan seenaknya menyerap cahaya
Sang Mentari dan berlagak bak aku bergelimbang tawa? Entahlah.. rasanya memudar
lebih menenangkan aku kali ini.
Perkenalkan, aku Aurora, yap dia si penghasil pancaran
cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer dari sebuah planet, sebut saja
Bumi sebagai akibat adanya interaksi antara medan magnetic yang dimiliki planet
tersebut dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh Sang Mentari. Dahulu,
ada masanya ketika aku sangat mengagumkan, bahkan memabukan. Hingga aku tersapa
masa dimana tak ada lagi partikel mentari yang sudi mampir pada medan magnet
ionosferku. Disitulah aku berada sekarang.
Dahulu, mentari menjadi satu-satunya tempat aku bersandar. Walau
aku ini kaum minoritas yang nyata adanya sesekali, jauh dari ibu kota bahkan
aku tidak pernah tahu hiruk pikuknya. Sunyi seolah menjadi candu bagiku, hingga
untuk meraihku.. mereka harus bersulit dahulu menerjang dinginku. Bukan merasa
eksklusif dan tak mau dijangkau.. tapi rasanya kutub lebih menenangkan.
Sering sekali aku berlagak seolah tak ada mata yang
memerhatikanku, sering sekali menghindar menyala walau ku tahu pasti mereka
menantiku berlagak dan mempertaruhkan hidup matinya. Bagaimana tidak? aku bisa
membuat mereka hipotermia dalam 5 menit jika sesaat saja mereka ceroboh. Namun
saat aku mulai murka akan keberadaan mereka.. mentari menghangatkan ionosferku
dengan partikel-partikelnya. Dia beri apa yang mereka mau karenaku, aku
menyala, berkelap-kelip, dan memabukan. Tapi ketahuilah.. dialah yang membuatku
candu.
Entah ini familiar di telingamu atau tidak, walau mentari
bukanlah Polaris yang sesungguhnya. Tapi untukku dialah Polarisku, Bintang yang
selalu berdiri tegak dengan gagahnya dan setia berlagak ditempat yang sama,
dimanapun aku berada, dia tak pernah membiarkanku buta arah. Dia polarisku yang
selalu berlagak di Utara.
Rasanya dia selalu berputar mengelilingiku, apakah aku
sebenarnya yang berotasi? Hanya dia yang membuat medan magnet ini meresponnya
dengan susunan yang berbeda,ku kira kami memang diciptakan untuk saling
menyempurnakan dan membuat mereka kagum akan keindahan Tuhan. Aku merona
kemerahan setiap kali plasma-plasmanya menyapa medan magnetikku, setiap kali
proton dan electron dengan energy tinggi berjumpalitan dan saling bertegur sapa
dengan partikel atmosfer Bumiku. Dialah Polarisku dan akulah Borealisnya.
Walau dia hanya menyapaku saat titik mataharinya mencapai
maksimum, walaupun aku harus meneguk kesendirian ini setiap 11 tahun, tak sekalipun
aku jenuh menanti saat titiknya mencapai maksimum dan rasanya aku siap berlagak
memamerkan warnaku hingga partikelku memudar dan habis.. atau bahkan hingga aku
punah. Iya aku bodoh.. memang. Tapi setulus itulah penantianku akan
keberadaannya.
Namun apakah benar adanya dia sang Polaris? Karena saat
malam menyapaku tak sekalipun dia berada di sekitarku, apakah orbitnya enggan
untuk memasukan aku dalam daftar persinggahannya, bahkan barang sesaat untuk
saling bertegur sapa? Atau aku selama ini salah sangka akan penobatan
Polarisku?
Dia tak lagi di utara, sedangkan aku masih termenung disini,
ini 11 yang ke-dua dan rasanya menunggu orbitmu lebih melelahkan dari biasanya.
Apa karena ini sudah bukan tepat 11 tahun baru aku menunggu untuk berkilau? 11
tahun 2 bulan 15 hari dan plasmamu belum juga menciduk medan magnet bumi,
panggung aku berlagak. Mengapa?
*Polaris (disebut juga sebagai Bintang Utara) adalah bintang paling terang di rasi Ursa Minor. Meskipun bumi berputar selama 24 jam sehari, Polaris akan selalu ada di tempatnya, karena Polaris berada dekat dengan sumbu bumi. Ia berada nyaris persis di pusat putaran yaitu kutub utara. Oleh karena itu, di India, Polaris disebut dengan Dhuva.
Karena letaknya itu juga, Polaris dianggap oleh nelayan sebagai pusat navigasi. Jika kita ada di Kutub Utara, Polaris akan berada di atas kepala. Jika kita ada di katulistiwa, Polaris akan berada di dekat cakrawala.
Polaris selalu di tempat yang sama sebagaimana bintang lainnya. Tapi dia menjadi istimewa karena cahayanya yang terang dan bisa menjadi rujukan navigasi. Jika tersesat, carilah Polaris bagian dari rasi bintang yang berbentuk beruang. Jika menemukannya, itu adalah Polaris. Itu adalah arah utara.
To be continued..